Banjir Rendam Tenggarong, Aktivitas Warga Lumpuh di Titik Protokol

PORTALBORNEO.OR.ID – Debit Sungai Mahakam kembali melonjak setelah hujan deras mengguyur kawasan hulu selama beberapa hari terakhir. Akibatnya, sejumlah wilayah vital di Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara (Kukar), terendam banjir dan mengganggu aktivitas warga.

Sejak Rabu (30/4/2025), genangan air sudah terlihat menutup beberapa ruas jalan utama seperti Jalan Wolter Monginsidi, Belida, Ahmad Yani, KH Dewantara, dan Teratai. Pemukiman padat penduduk di Kelurahan Mangkurawang, Timbau, dan Loa Ipuh pun ikut terdampak.

Camat Tenggarong, Sukono, mengungkapkan bahwa seluruh jajaran kecamatan hingga tingkat RT telah bersiaga penuh menghadapi potensi banjir yang lebih parah. “Kondisi air Sungai Mahakam saat ini masih tinggi. Jika hujan di hulu berlanjut, luapan bisa semakin meluas,” jelasnya.

Berita Lainnya:  Disdamkarmatan Kukar Ingatkan Warga Waspada Kebakaran Selama Ramadan 2025

Koordinasi lintas instansi—mulai dari BPBD, Dinas PU, Dishub, hingga aparat keamanan—terus dilakukan. Selain itu, langkah evakuasi disiapkan untuk warga yang rumahnya berisiko terendam.

Banjir kali ini langsung memukul roda perekonomian lokal. Rika (42), pedagang makanan di Jalan Teratai, terpaksa menutup usahanya karena air sudah mencapai teras warung. “Biasanya ramai pembeli pagi dan sore, tapi sekarang jalan tergenang, pelanggan nggak bisa lewat,” keluhnya.

Taufik (38), warga RT 12 Mangkurawang, mengatakan air mulai masuk ke pekarangan sejak malam sebelumnya. “Banjir tahunan memang sudah biasa, tapi tetap saja repot. Harapannya ada solusi jangka panjang, bukan hanya pas banjir sudah datang,” ujarnya.

Berita Lainnya:  Wakil Ketua DPRD Samarinda Subandi Ingatkan Petinggi PDPAU Optimalkan Aset Pemkot

Gangguan akses juga dialami Nina (33), warga Loa Ipuh, yang harus menggendong anaknya untuk pergi ke sekolah karena jalan di depan rumah terendam. “Kalau banjir berlarut, urusan sehari-hari makin susah,” katanya.

Sukono menekankan bahwa penanganan banjir harus diarahkan pada strategi jangka panjang, termasuk peninggian tanggul dan pemetaan ulang titik rawan. “Perubahan iklim membuat kita harus lebih siap. Kuncinya gotong royong dan komunikasi aktif antara warga dan pemerintah,” tutupnya.

 

...

Bagikan :

Email
Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
[printfriendly]

terkait

.