PORTALBORNEO.OR.ID, TENGGARONG – Kecamatan Muara Badak mulai bertransformasi dari sekadar penghasil bahan mentah rumput laut menjadi sentra industri pengolahan yang mampu meningkatkan nilai tambah dan membuka lapangan kerja baru di Kutai Kartanegara.
Kehadiran pabrik pengolahan rumput laut di Muara Badak menjadi titik balik penting yang mendorong keterlibatan masyarakat secara langsung dalam proses hilirisasi, mulai dari pencucian, pengeringan, hingga produksi berbagai produk turunan seperti agar-agar, jelly, kosmetik, dan pupuk organik.
“Selama ini hasil panen rumput laut langsung dikirim keluar daerah. Kini dengan adanya pabrik, peluang ekonomi besar terbuka lebar untuk warga lokal,” kata Camat Muara Badak, Arpan.
Arpan menekankan bahwa hilirisasi ini memungkinkan nilai jual rumput laut naik dua hingga tiga kali lipat dibandingkan harga bahan mentah sebelumnya yang hanya berkisar Rp7.000–Rp10.000 per kilogram kering.
Selain sebagai tenaga kerja pabrik, masyarakat juga didorong untuk menjadi pelaku UMKM berbasis rumput laut, mengembangkan produk inovatif seperti keripik, mie, dan sabun herbal dengan dukungan pendampingan dari pemerintah dan mitra industri.
“Pabrik bukan tujuan akhir, tapi awal. Kami ingin masyarakat jadi produsen mandiri, bukan sekadar pekerja,” jelasnya.
Sinergi antara pemerintah kecamatan, Dinas Kelautan dan Perikanan, serta pelaku usaha sedang dirancang untuk membentuk ekosistem usaha rumput laut yang terintegrasi, mengoptimalkan potensi ekonomi laut Muara Badak.
“Dengan dukungan ini, kami yakin Muara Badak dapat menjadi lumbung industri rumput laut terbesar di Kaltim, sekaligus membuka peluang usaha dan inovasi bagi anak muda dan perempuan,” tutup Arpan.
