Portalborneo.id, Samarinda — Proses Seleksi Peserta Didik Baru (SPMB) Tahun Ajaran 2025/2026 di Samarinda sudah berbasis digital, namun masih banyak orang tua yang kebingungan dalam menjalani tahapan pendaftaran.
Hal ini mengindikasikan bahwa kesiapan infrastruktur digital belum sepenuhnya diimbangi dengan kesiapan masyarakat di tingkat akar rumput.
Menanggapi hal tersebut, ketua komisi IV DPRD Samarinda, Mohammad Novan Syahronny Pasie, mengungkapkan bahwa digitalisasi pendidikan harus dibarengi dengan penyuluhan masif yang mudah dipahami, khususnya bagi kalangan masyarakat yang belum terbiasa menggunakan teknologi.
“Kalau sistemnya sudah benar, tapi banyak orang tua yang bingung karena tidak tahu harus mulai dari mana,” Ungkapnya. Jum’at (4/7/2025).
Selain itu, Novan juga menyoroti kendala-kendala yang masih dihadapi, seperti keterbatasan perangkat, akses internet yang belum merata, serta minimnya literasi digital di sejumlah wilayah.
Menurutnya, pendekatan pasif berupa pengumuman atau unggahan di media sosial tidak cukup. Pemerintah harus lebih aktif dan melakukan sosialisasi “jemput bola”.
“Jangan tunggu mereka datang bertanya. Sosialisasinya harus menyentuh langsung, door to door kalau perlu. Ini soal masa depan anak-anak mereka,” Ucap Novan.
Politisi dari partai Golkar itu menekankan pentingnya pengawasan terhadap seluruh jalur seleksi, termasuk jalur prestasi yang selama ini rawan polemik. Ia menyebut, jika kepercayaan publik tidak dibangun sejak awal, maka seluruh sistem seleksi akan kehilangan legitimasi.
“Kalau tidak dijaga dari awal, yang dirugikan bukan cuma peserta didik, tapi juga kepercayaan masyarakat secara keseluruhan,” Pungkasnya. (Adv)