PORTALBORNEO.OR.ID, TENGGARONG – Pasokan sapi potong di Kutai Kartanegara (Kukar) belum mampu memenuhi kebutuhan lokal secara mandiri. Hanya sekitar 15 persen kebutuhan tahunan yang bisa dipenuhi dari peternakan di daerah ini, sementara sisanya masih bergantung pada impor sapi dari luar wilayah.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, Aji Gazali Rahman, menjelaskan bahwa keterbatasan pasokan sapi lokal menjadi tantangan utama dalam memenuhi kebutuhan daging sapi bagi masyarakat Kukar.
“Saat ini kita masih mengandalkan pasokan sapi dari luar daerah karena stok sapi lokal belum mencukupi,” ujar Aji Gazali.
Sebagai solusi jangka panjang, Distanak Kukar tengah mengintensifkan program pengadaan bibit sapi betina unggul dari luar provinsi, seperti dari Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat (NTB). Bibit tersebut kemudian dikembangbiakkan di Kukar agar populasi ternak lokal dapat meningkat secara signifikan.
“Pemprov Kaltim melarang pengadaan bibit sapi dari kabupaten/kota dalam provinsi agar populasi benar-benar bertambah, bukan sekadar pindah tempat,” jelasnya.
Meski pasokan masih terbatas, sapi asal Kukar justru diminati oleh sejumlah daerah di Kaltim seperti Bontang, Balikpapan, Samarinda, dan Berau. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan populasi ternak di Kukar berjalan lambat karena sebagian hasil ternak terserap oleh pasar luar.
“Permintaan luar cukup besar, sedangkan produksi belum surplus, sehingga pertumbuhan populasi sapi di Kukar belum optimal,” imbuh Aji.
Distanak Kukar optimistis program pengembangan bibit sapi unggul akan mempercepat tercapainya surplus sapi potong di Kukar. Saat itu tiba, Kukar tak lagi bergantung pada pasokan luar daerah dan bahkan dapat mengekspor ke daerah lain dengan lebih maksimal.
“Dengan populasi yang surplus, kita bisa mandiri dan lebih fokus pada pengembangan ekspor sapi,” tutupnya.