Portalborneo.id, Kutai Kartanegara – Di tengah dinamika politik yang dipicu oleh putusan Mahkamah Konstitusi dan pelaksanaan Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kukar, Dendy Alif tampil sebagai figur yang mengusung nilai logika, keterbukaan, dan evaluasi mendalam atas kondisi aktual wilayah. Dalam pidatonya yang lugas di panggung debat publik, Dendy Alif mengajak masyarakat untuk melihat melampaui retorika semata, dengan menilai rekam jejak dan karya nyata dari para calon pemimpin.
Menyingkap Potensi dan Ketimpangan Pembangunan
Dendy Alif membuka pembicaraan dengan menyampaikan apresiasi terhadap potensi luar biasa wilayah Kukar.
“Debat ini merupakan bagian dari proses demokrasi kita, di mana kita semua diberikan ruang untuk menilai dan memilih arah pembangunan,” ujarnya dengan tegas.
Ia menyoroti fakta bahwa meski Kukar memiliki kekayaan alam yang melimpah serta APBD yang besar, distribusi hasil pembangunan masih jauh dari merata. Menurutnya, perbedaan antara potensi dan realita inilah yang harus menjadi bahan evaluasi serius bagi calon pemimpin.
“Penting bagi masyarakat untuk tidak hanya terpukau oleh janji semata, melainkan melihat bukti nyata—rekam jejak dan karya yang sudah teruji,” tambah Dendy. Dalam pandangannya, ketimpangan tersebut tidak dapat dibiarkan, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk memastikan bahwa setiap kebijakan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat secara adil.
Pilar Integritas dan Transparansi Pemerintahan
Dalam menekankan pentingnya fondasi pemerintahan yang bersih, Dendy Alif menggarisbawahi bahwa integritas merupakan syarat mutlak untuk membangun masa depan yang berkelanjutan.
“Mengutamakan keadilan dan transparansi adalah keharusan. Tanpa fondasi yang kuat tersebut, upaya pembangunan akan tetap rapuh,” tegasnya.
Dendy mengajak publik untuk lebih teliti dalam menilai visi para calon pemimpin. Ia menekankan bahwa setiap langkah harus berdasarkan data, rekam jejak yang terbukti, dan bukti kerja nyata. Menurutnya, evaluasi kritis terhadap kinerja masa lalu adalah kunci agar tidak terulang kembali pola-pola korupsi atau nepotisme yang telah menghambat pembangunan selama ini.
“Kita harus tahu dari mana kita berangkat, agar langkah ke depan lebih pasti,” ujar Dendy Alif. Dalam pernyataannya, ia menegaskan komitmennya untuk mengusung tata kelola pemerintahan yang responsif dan bertanggung jawab, sehingga harapan akan pembangunan yang adil dapat terwujud.
Seruan untuk Suara Rasional dan Cerdas
Di tengah persaingan politik yang semakin kompleks, Dendy Alif mengajak masyarakat untuk memilih dengan hati dan pikiran yang terbuka.
“Pilihlah pemimpin yang tidak hanya menawarkan janji, tetapi punya bukti nyata dari karya dan integritasnya,” pungkasnya.
Bagi Dendy, demokrasi yang sehat memerlukan kritik membangun dan evaluasi obyektif—dua nilai yang ingin ia terapkan jika dipercaya rakyat Kukar sebagai pemimpin.
Dalam ajakan tersebut, Dendy Alif menyiratkan bahwa tanggung jawab sebagai pemimpin harus berlandaskan pada upaya bersama untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Ia percaya bahwa kesetaraan dan keadilan tidak dapat terwujud jika elemen dasar pemerintahan sendiri sudah lemah.
Menuju Kukar yang Lebih Berkeadilan
Dengan semangat reformasi dan evaluasi kritis, Dendy Alif menutup pidatonya dengan tekad untuk membawa perubahan nyata bagi Kukar.
“Mari bersama-sama kita berupaya menyempurnakan sistem pemerintahan, karena demokrasi yang sehat adalah fondasi untuk masa depan yang cerah,” ujarnya.
Dalam pandangan Dendy, masa depan Kukar bergantung pada kemampuan kita untuk menyaring janji dari fakta, demi mewujudkan wilayah yang makmur, adil, dan sejahtera.
[AZS]