Portalborneo.or.id, Kukar – Pemerintah Kecamatan Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), menargetkan peningkatan konektivitas infrastruktur sebagai prioritas pembangunan pada tahun 2024. Salah satu fokus utamanya adalah semenisasi jalan poros, menggantikan jalan berbahan ulin yang selama ini menjadi penghubung antar desa.
Camat Muara Muntai, Mulyadi, mengungkapkan bahwa mayoritas jalan poros di wilayahnya masih berupa jembatan ulin yang telah digunakan selama puluhan tahun. Namun, karena usia dan ketahanan kayu ulin yang mulai menurun, semenisasi dianggap menjadi solusi terbaik. Selain itu, pemerintah juga berencana meningkatkan kualitas jalan dengan memperlebar dan meninggikan badan jalan agar lebih tahan terhadap perubahan cuaca.
“Sampai saat ini masih ada 40 persen jalan poros yang belum disemenisasi. Ini menjadi penghubung antar desa kami,” ujarnya.
Geografi Unik Kecamatan Muara Muntai. Muara Muntai memiliki karakteristik geografis yang unik, terdiri dari 13 desa yang terpisah oleh aliran Sungai Mahakam. Kondisi ini menjadikan infrastruktur penghubung seperti jalan dan jembatan sebagai kebutuhan vital. Semenisasi jembatan ulin, menurut Mulyadi, menjadi langkah strategis untuk memastikan mobilitas masyarakat antardesa lebih mudah dan nyaman.
“Peningkatan konektivitas ini tidak hanya mempermudah masyarakat, tetapi juga mendukung roda perekonomian lokal. Kami berharap proyek ini dapat terealisasi secara optimal,” tambahnya.
Namun, Mulyadi menyadari bahwa keberhasilan program ini sangat bergantung pada dukungan dari Pemerintah Kabupaten Kukar serta anggota DPRD Kukar dari daerah pemilihan (Dapil) terkait. Melalui program pokok-pokok pikiran (pokir), pihaknya berharap alokasi anggaran dapat diperoleh untuk percepatan semenisasi jalan poros.
“Insya Allah, setidaknya tahun 2025 nanti semua jalan poros ini sudah disemenisasi. Kami terus berkomitmen untuk meningkatkan infrastruktur di wilayah kami,” tutup Mulyadi optimis.
Dengan langkah ini, Kecamatan Muara Muntai diharapkan mampu menciptakan infrastruktur yang tidak hanya fungsional tetapi juga tahan lama, guna mendukung konektivitas masyarakat di wilayah hulu Kutai Kartanegara. (ADV/DiskomKukar)
